Belakangan ini masyarakat semakin sulit mengikuti logika dari arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Proses perumusan kebijakan tampaknya memang tidak mungkin hanya bisa diikuti dari mekanisme formal seperti sidang kabinet terbatas, dengar-pendapat di DPR, atau forum-forum semacam itu. Inilah fenomena kebijakan “rolling door”. Kita bisa melihat ini dari proses penyelesaian masalah korban lumpur panas Sidoarjo yang sangat lamban, penggunaan perangkat lunak Windows ketika pemerintah tiba-tiba berbelok arah, dan sebagainya. Kepentingan publik seringkali terdesak oleh kepentingan pengusaha, oligarkhi elit politik, serta kepentingan-kepentingan sempit lainnya. Sebagai bagian dari proses pendewasaan dalam berdemokrasi, masyarakat tentunya harus lebih kritis dan waspada terhadap proses perumusan kebijakan publik seperti ini. Fenomena perumusan kebijakan rolling door memang bisa terjadi di negara-negara maju, apalagi di negara yang masih belajar berdemokrasi seperti Indonesia.

"/>
Tahun 2024 ini rakyat Indonesia akan mengadakan perhelatan besar: Pemilu untuk meneruskan regenerasi kepemimpinan. Ada banyak pendapat bahwa Indonesia sedang mengalami "democracy backsliding" sehingga kualitas hasil Pemilu kali ini banyak diragukan. Betulkah?
April 2024
Hari ini
Mg Sn Sls Rb Kms Jmt Sbt
31123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
2829301234
567891011
 

Detail Artikel
Kedaulatan Rakyat, 14 Maret 2007; Kebijakan “Rolling Door”
28 April 2007

By kumoro | April 28, 2007

 

Belakangan ini masyarakat semakin sulit mengikuti logika dari arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Proses perumusan kebijakan tampaknya memang tidak mungkin hanya bisa diikuti dari mekanisme formal seperti sidang kabinet terbatas, dengar-pendapat di DPR, atau forum-forum semacam itu. Inilah fenomena kebijakan “rolling door”. Kita bisa melihat ini dari proses penyelesaian masalah korban lumpur panas Sidoarjo yang sangat lamban, penggunaan perangkat lunak Windows ketika pemerintah tiba-tiba berbelok arah, dan sebagainya. Kepentingan publik seringkali terdesak oleh kepentingan pengusaha, oligarkhi elit politik, serta kepentingan-kepentingan sempit lainnya. Sebagai bagian dari proses pendewasaan dalam berdemokrasi, masyarakat tentunya harus lebih kritis dan waspada terhadap proses perumusan kebijakan publik seperti ini. Fenomena perumusan kebijakan rolling door memang bisa terjadi di negara-negara maju, apalagi di negara yang masih belajar berdemokrasi seperti Indonesia.

 
 
 
   Copyright © 2020 Wahyudi Kumorotomo. All rights reserved.