|
|
Reformasi Birokrasi, E-Governance dan TIK dalam Pelayanan Publik, Lokakarya Gama-Techno - MAP, Jogja |
02 Juli 2013 |
Kerjasama antara Pengelola MAP-UGM dengan Gama Techno terlaksana dalam bentuk "Sharing Session" antara para alumni MAP-UGM yang kini sudah banyak menjadi pejabat di daerah dengan para akademisi dan pelaku bisnis piranti-lunak. Sebagai sarana pemicu diskusi, saya memaparkan beberapa gagasan yang sebenarnya bukan merupakan hal baru lagi mengenai pentingnya e-governance bagi reformasi birokrasi publik. Namun hal-hal yang sebenarnya sederhana dan bukan merupakan konsep baru itu pun ternyata belum semua dipahami dan menjadi perhatian dari para perumus kebijakan di daerah. Banyak aspek pelayanan publik yang sebenarnya dapat dibuat lebih efisien dan lebih produktif dengan memanfaatkan TIK. Tetapi kembali lagi, persoalannya sering terpulang kepada komitmen kepala daerah dan para aparatnya dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi warganya.
[selengkapnya] |
|
Ketawang Ibu Pertiwi, anggitanipun Ki Narto Sabdo |
22 Juni 2013 |
Ketawang Ibu Pertiwi anggitanipun Ki Narto Sabdo punika mujudaken gendhing ingkang paling populer wonten ing pahargyan Temanten. Menawi gendhing-gendhing Jawi ingkang dipun ungelaken rikala para tamu nembe dhahar, sampun saged dipun pesthekaken menawi pranatacara ngabani niyaga supados mbabar Ketawang Ibu Pertiwi punika. Cakepan gender lan slenthem ugi kalebet gampil dipun apalaken. Ing riki kawula inggah balungan slenthem kanthi laras Pelog Pathet 5. Sumangga dipun cobi.
[selengkapnya] |
|
Ladrang Pangkur Laras Pelog Pathet 5 |
21 Juni 2013 |
Ladrang Pangkur ugi saged dipun garap mawi Genderan lan balungan Slenthem kanthi laras Pelog pathet 5, utawi ingkang kaliyan sawetara winasis dipun sebat Pelong Bem. Swasana laras Pelog benten kaliyan swasana laras Slendro. Garapan Slenthem ugi sakalangkung nengsemaken bilih para sutresna mirengaken ladrang Pangkur ingkang dipun garap mawi Pelog Barang lan Pelog Bem utawi Pelog Pathet 5. Namung para pandhemen ingkang lantip ing babagan budaya luhur ingkang saged mbentenakan kekalih laras ladrang Pangkur menika kanthi pratitis.
[selengkapnya] |
|
Ladrang Pangkur Laras Pelog Pathet Barang |
20 Juni 2013 |
Saestu bilih ladrang Pangkur mila kalebet gendhing cekak ingkang luwes, amargi saged dipun garap mawi laras Slendro, Pelog Barang lan ugi Pelog Bem. Wonten ing riki kawula unggah balungan Slenthem ladrang Pangkur mawi laras Pelog pathet Barang. Garapan gender meh sami kaliyan Slendro Pathet Manyura, ananging ungeling gendhing mahanani swasana Pelog ingkang langkung populer lan dhinamis. Sumangga.
[selengkapnya] |
|
Ladrang Sri Slamet Laras Pelog Pathet Barang |
20 Juni 2013 |
Kagem para niyaga enggal, ladrang Sri Slamet ingkang dipun garap mawi laras Slendro Manyura saged dipun trepaken wonten laras Pelog Barang. Suwanten lan swasana mila benten, naning garapan genderipun meh sami.
[selengkapnya] |
|
Gambir Sawit Slendro Pathet 9 |
20 Juni 2013 |
Gambir Sawit kalebet sekar gendhing ingkang panjang lan asring dipun ungelaken wonten in adicara Uyon-uyon Manasuka. Garap genderan barung kedah migatosaken rancaking kendhang minangka bawa iramanipun. Mliginipun ing perangan Pangkat Dhawah, panggender kedah saged mbedakaken antawisipun irama 2 lan irama 4, kanthi tansah nyawiji kaliyan ungeling kendhang. Gerongan dipun wiwiti wonten ing 3 gatra ingkang pungkasan. Tembangipun mawi Sinom utawi Asmaradana.
[selengkapnya] |
|
Asmaradana |
09 Juni 2013 |
Sekar Asmaradana kalebet gendhing ingkang asring kapireng wonten pagelaran Kethoprak, Wayang Purwa, Wayang Wong, utawi wonten ing pahargyan temanten. Wonten ing babaring carita ingkang ngemu swasana kinasihan utawi romantis, sekar menika mila cocog sanget. Mawarni-warni gerongan sekar Asmaradana ingkang saged dipun tembangaken rikala adegan "gandrung". Ing mriki namung kaaturaken conto sekar Asmaradana kangge gerongan wonten babaran gender gendhing Gambir Sawit.
[selengkapnya] |
|
Manajemen Kinerja: Reformasi Birokrasi dan Aplikasi Balanced Score-Card di Indonesia, Diklatpim II, Semarang |
06 Juni 2013 |
Memenuhi undangan panitia Diklatpim-2 Badan Diklat Provinsi Jateng, saya menguraikan tentang kemungkinan aplikasi Balanced Score-Card (BSC) yang merupakan "merek-dagang" pemikiran Kaplan & Norton (2008). Aplikasi BSC sangat populer diantara perusahaan swasta dan untuk mengetahui lebih detil tentang BSC bahkan Setwapres pernah mengundang Kaplan ke Jakarta untuk berbicara di sebuah seminar. Tetapi, apakah teknik manajemen kinerja ini cocok untuk organisasi pemerintah? Inilah pertanyaan yang tetap menggelitik untuk dijawab. Saya menguraikan tentang metode BSC dari konsep-konsep elementernya, terutama semangat untuk menyeimbangkan antara kepentingan Stake-holders dan Customers dengan Internal Business-Process dan Organizational Learning and Growth. Tapi diskusi di kelas tampaknya lebih mengarah kepada bagaimana pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Sebagian peserta berargumentasi bahwa banyak kasus korupsi yang diadili di Indonesia sebenarnya adalah kesalahan prosedur, bukan tindak pidana korupsi. Untuk sebagian, saya setuju dengan argumentasi ini mengingat bahwa dalam praktik terdapat ketidakjelasan antara wilayah Hukum Administrasi dengan Hukum Pidana dalam banyak kasus korupsi. Lalu, dari mana kita harus membenahi manajemen kinerja dalam organisasi pemerintah melihat begitu banyaknya persoalan yang membelitnya?
[selengkapnya] |
|
Efektivitas Kelembagaan dalam Pengelolaan Tabungan Perumahan Rakyat, Diskusi DPD, Wisma MM-UGM, Jogja |
25 April 2013 |
Sebuah draf RUU Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) kini tengah dibahas oleh Pansus di DPR dan DPD. Sebagai sebuah draf yang ditargetkan untuk dapat diratifikasi menjadi undang-undang, saya melihat muatannya masih banyak yang mentah dan perlu reformulasi yang lebih cermat. Dengan difasilitasi oleh Pak Cholid Mochtar, anggota DPD dari DIY, dan para pemangku kepentingan di sekitar Jogja, saya membedah draf UU ini dari berbagai segi. Membuat peraturan tentang perumahan yang bisa antisisipatif terhadap permasalahan pendanaan, hak dan kewajiban kelompok Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR) sebagai peserta, lembaga pengelola, serta penyediaan rumah yang terjangkau tampaknya memang tidak mudah. Tetapi saya melihat bahwa persoalan yang paling mendasar adalah keberpihakan dan komitmen pemerintah untuk menyediakan rumah murah bagi keluarga miskin serta itikad baik dari semua pihak untuk mendukung kebijakan ini. Saya sangat berharap bahwa pembahasan RUU ini bukan sekadar menjadi dagangan laris menjelang Pemilu, tetapi benar-benar menunjukkan semangat pembelaan kepada warga miskin.
[selengkapnya] |
|
"Pelayanan Publik di Bidang Kominfo: FGD Mengenai PP No.82/2012 dan PP No.96/2012", Hotel Inna Garuda, Jogja |
17 April 2013 |
Setelah disahkannya Undang-Undang No.11/2008 tentang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang penuh dengan kontroversi, ada banyak kebutuhan untuk melakukan sinkronisasi dengan berbagai peraturan sektoral yang lain. Saya membuat sedikit paparan mengenai hal ini dalam forum FGD yang diselenggarakan oleh salah satu Biro Hukum di Kementerian Kominfo. Ketika peraturan teknis dari undang-undang ini diratifikasi, yaitu PP No.82/2012 tentang PSTE (Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik), aspek pelayanan umum dari peraturan ini harus disinkronkan dengan PP No.96/2012 tentang Pelaksanaan UU No.25/2009 mengenai Pelayanan Publik. Tidak mudah untuk merumuskan secara jelas aspek pelayanan di bidang Komunikasi dan Informasi karena orang harus memahami kebutuhan masyarakat akan TIK, penggunaannya yang semakin beragam, pemangku kepentingan yang posisinya berlain-lainan, sedangkan perkembangan TIK saat ini dan di masa mendatang begitu pesat. Namun saya juga melihat satu hal yang sangat menyulitkan dalam upaya sinkronisasi peraturan di Indonesia sekarang ini: bahwa semakin banyak perumus kebijakan yang berpikir sempit dan hanya sekadar mempertimbangkan sektor yang digelutinya. Diantara para pejabat di Kementerian tampaknya tidak banyak yang mempertimbangkan apa yang sedang dilakukan oleh sektor-sektor yang lain. Konsep-konsep maupun rumusan peraturan yang telah disahkan sering mengalami fragmentasi sehingga sulit digunakan untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.
[selengkapnya] |
|
|