|
|
Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Koperasi & UMKM |
09 November 2008 |
By kumoro | September 9, 2008
Naskah awal ini merupakan bagian dari Background Study dari kajian RPJMN bidang Koperasi dan UMKM di Bappenas.
[selengkapnya...] |
|
“Ironi Kebijakan Elpiji”, Kedaulatan Rakyat, 28 Agustus 2008 |
30 Agustus 2008 |
By kumoro | August 30, 2008
Sebuah contoh lagi kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat ditunjukkan oleh pemerintah pada awal minggu ketiga bulan Agustus 2008, menyambut bulan Ramadhan tahun ini. Pemerintah membiarkan Pertamina bertindak sepihak menaikkan harga elpiji tabung 12 kg yang jelas-jelas akan mengancam program konversi dari minyak tanah ke elpiji. Kebijakan ini membuktikan bahwa pemerintah sudah tidak sensitif lagi dengan persoalan keseharian rakyat dan tidak bisa memerankan sebagai pembela kepentingan publik. Sebagai perusahaan negara, Pertamina tidak lagi bisa dikendalikan oleh pemerintah dan karena itu bukan merupakan representasi kepentingan publik. Inilah kenyataan yang oleh Francis Fukuyama atau Noam Chomsky disebut sebagai negara gagal (failed state).
[selengkapnya...] |
|
“Budaya Suap”, Kedaulatan Rakyat, 25 April 2008 |
25 April 2008 |
By kumoro | April 25, 2008
Artikel tentang Budaya Suap ini muatannya sebenarnya sudah saya sampaikan dalam berbagai kesempatan seminar, lokakarya, kuliah, dan sebagainya. Tetapi saya melihat dalam karut-marut tentang persoalan korupsi di Indonesia, menyadari kesalahan umum tentang budaya suap (atau lebih tepatnya budaya korupsi) tetap sangat penting. Betapapun, pemberantasan korupsi perlu tindakan kolektif. Dan tindakan kolektif itu bermula dari penyadaran kolektif pada semua unsur bahwa budaya suap adalah musuh kita bersama.
[selengkapnya...] |
|
“Tingginya Biaya Kebijakan dan Biaya Transaksi”, Jurnal Sarathi, 27 Maret 2008 |
27 Maret 2008 |
By kumoro | March 27, 2008
Rakyat harus membayar mahal untuk biaya kebijakan publik yang tidak berpihak kepadanya dan untuk pelayanan publik yang tidak efisien. Inilah realitas yang terjadi di Indonesia setelah reformasi. Proses demokratisasi yang berkembang ternyata menghasilkan para elit politik yang kurang peka terhadap kesejahteraan rakyat. Kita mengalami defisit demokrasi dan penurunan efisiensi yang parah dalam perumusan kebijakan publik. Pada saat yang sama, pelayanan publik yang korup mengakibatkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi pada skala nasional. Di sinilah perlunya memikir ulang peran negara di Indonesia. Artikel ini dikirim ke Jurnal Sarathi , Universitas Warmadewa, Denpasar.
[selengkapnya...] |
|
Budaya Upeti, Suap dan Birokrasi Publik |
13 Maret 2008 |
By kumoro | March 13, 2008
Tertangkapnya jaksa UTG yang berstatus sebagai penuntut kasus BLBI benar-benar merupakan pukulan telak bagi jajaran kejaksaan. Lengkap sudah kasus yang menambah skeptisisme masyarakat terhadap pilar penegak hukum di Indonesia. Hakim, jaksa, dan polisi, tiga pilar yang diharapkan bisa menegakkan hukum dalam berbagai kasus korupsi ternyata justru menjadi pelaku korupsi sendiri. Tetapi apakah ini semata-mata merupakan kesalahan mereka? Apakah ini bukan merupakan wajah buruk kita semua dalam upaya pemberantasan korupsi? Tulisan ini tidak bermaksud melebih-lebihkan atau sebaliknya menyederhanakan masalah pemberantasan korupsi di Indonesia. Ada banyak hal mendasar yang perlu kita pikirkan kembali terkait dengan kasus-kasus suap dan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat birokrasi publik.
[selengkapnya...] |
|
“Pendataan Bencana Masih Lemah”, Jurnal Nasional, 15 Januari 2008 |
15 Januari 2008 |
By kumoro | January 21, 2008
Untuk merumuskan tindak-lanjut yang tepat terkait dengan proses pemulihan di wilayah bencana, sebuah lokakarya internasional diadakan di Jakarta. Judul dari acara itu adalah”International Workshop on Recovery: Experience from India, Sri Lanka and Indonesia”. Lokakarya ini diselenggarakan oleh UNDP Representative wilayah Asia Tenggara, melibatkan pembicara dari luar maupun dari dalam negeri dan para perumus kebijakan di tingkat pusat dan daerah. Liputan media juga cukup lengkap. Salah satunya adalah yang dapat dilihat dari liputan wawancara berikut ini.
[selengkapnya...] |
|
“Anggaran untuk Bencana”, Kedaulatan Rakyat, 4 Januari 2008 |
04 Januari 2008 |
By kumoro | January 4, 2008
Tujuh kabupaten di Jawa Tengah dan 13 kabupaten di Jawa Timur mengalami bencana banjir dan tanah longsor. Korban nyawa cukup banyak, dan tentu korban material tidak terhitung jumlahnya. Tetapi tampaknya pemerintah tidak sigap untuk mengatasi persoalan. Lebih menyedihkan lagi, pemerintah berdalih bahwa penanganan terbentur oleh kurangnya dana. Lalu ke mana alokasi dana siap-pakai yang selama ini dianggarkan dari APBN maupun dari APBD? Tulisan berikut mengulas betapa masalah penganggaran masih menjadi kendala utama dalam penanganan bencana di tanahair
[selengkapnya...] |
|
“Restrukturisasi Pemda”, Kedaulatan Rakyat, 12 Agustus 2007 |
13 Agustus 2007 |
By kumoro | August 13, 2007
Hampir bersamaan waktunya dengan polemik tentang kemungkinan perubahan UU No.32/2004 tentang Sistem Pemerintahan Daerah setelah adanya Keputusan MK mengenai calon independen, pemerintah mengeluarkan dua produk peraturan mengenai manajemen pemerintahan daerah: PP No.38/2007 tentang Pembagian Urusan dan PP No.41/2007 tentang Struktur Organisasi Pemerintah Daerah. Ada beberapa perubahan penting yang termuat di dalam dua peraturan baru ini. Tetapi dengan menelaah butir-butir peraturan secara cermat, tampaknya masih terdapat potensi permasalahan di lapangan. Efektivitas kegiatan pemerintah daerah dalam pembangunan maupun pelaksanaan pelayanan publik tentu akan tergantung kepada bagaimana aparat Pemda menyikapi restrukturisasi lembaga berdasarkan peraturan baru tersebut.
[selengkapnya...] |
|
“Birokrasi dan Sektor Riil”, Kedaulatan Rakyat, 16 Juni 2007 |
02 Juni 2007 |
By kumoro | June 18, 2007
Kondisi sosial-politik dan perkembangan indikator ekonomi makro di Indonesia pada masa pemerintahan SBY-JK sebenarnya menunjukkan tanda-tanda menggembirakan meskipun ancaman lain bencana alam masih terus menghantui rakyat. Konflik etnis sudah mereda, anasir terorisme sudah mulai teridentifikasi dan dapat dikendalikan, rupiah relatif stabil, IHSG meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dan cadangan devisa sudah lebih tinggi jika dibanding sebelum krisis. Tetapi mengapa tanda-tanda positif tersebut belum bisa meningkatkan kemakmuran rakyat banyak? Persoalan inilah yang tampaknya mendorong lahirnya Inpres No.6/2007 tentang Kebijakan Pengembangan Sektor Riil dan dan UMKM. Namun dengan mencermati muatan kebijakan ini serta kondisi yang dihadapi di lapangan, masih banyak yang harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah pada tingkat implementasinya. birokrasi-dan-sektor-riil-kr.pdf
[selengkapnya...] |
|
“Teknologi Informasi dan Reformasi Birokrasi”, Majalah e-Indonesia, Juni 2007 |
02 Juni 2007 |
By kumoro | June 21, 2007
Arus modernisasi dan sekaligus demokratisasi ternyata belum bisa mengubah birokrasi publik di Indonesia yang masih menggunakan struktur dan tata-kerja tradisional. Hampir semua Pemda sudah melakukan komputerisasi dan mencanangkan e-government, tetapi ternyata kinerja pelayanan publik tetap kurang efisien dan tidak tanggap terhadap keinginan masyarakat. Lalu bagaimana cara mengubah kinerja birokrasi semestinya? Terkait dengan penggunaan Teknologi Informasi, mana yang harus didahulukan, investasi TI-nya atau reformasi birokrasinya? Ikuti perdebatan mengenai penggunaan teknologi informasi dalam birokrasi publik di majalah e-Indonesia. ti-dan-reformasi-birokrasi.pdf
[selengkapnya...] |
|
|